buku putih syaikh muhammad bin abdul wahab

نمحرلا
ميحرلا
Segala puji bagi Allah
semata. Shalawat
dan salam semoga
senantiasa
tercurahkan kepada
Rasulullah, keluarga
dan para
sahabatnya.
Dari dulu hingga
sekarang,
perdebatan serta
perbincangan
seputar Syaikh
Muhammad bin Abdul
Wahab rahimahullah
dan jalan
dakwahnya, terus
berkecamuk antara
mereka yang pro dan
yang kontra.
Dan yang
mengherankan dari
dakwaan mereka
yang kontra -yang
melontarkan
tuduhan-tuduhan
kepada Syaikh-
adalah: omongan
mereka yang kosong
dari dalil berupa
bukti dari perkataan
Syaikh atau tulisan
beliau di dalam
kitab-kitabnya, yang
ada hanyalah
tuduhan-tuduhan
yang dilontarkan
oleh orang-orang
yang terdahulu, lalu
‘difotokopi’ oleh
para pewaris
mereka.
Kami kira setiap
orang yang obyektif
sepakat bahwa jalan
yang paling tepat
untuk mengenal
hakikat pemikiran
seseorang adalah
dengan cara kembali
langsung kepada
orang tersebut atau
kepada referensi-
referensi yang
otentik.
Alhamdulillah tulisan-
tulisan serta ucapan-
ucapan Syaikh
(Muhammad bin
Abdul Wahhab -ed)
sampai saat ini
masih ada dan
mudah untuk
didapatkan. Dengan
menelaah tulisan-
tulisan tersebut,
benar tidaknya isu-
isu yang sementara
ini tersebar di
masyarakat akan
terlihat. Adapun
tuduhan-tuduhan
yang tanpa bukti,
maka ini bagaikan
fatamorgana yang
tidak ada
hakikatnya.
Di tulisan ini, kami
akan memaparkan
ucapan-ucapan
Syaikh Muhammad
bin Abdul Wahab
yang kami nukil
dengan penuh
amanah dari
referensi-referensi
otentik yang
menghimpun
perkataan-
perkataan beliau.
Peran kami dalam
buku ini hanyalah
sebagai penyusun.
Buku ini memuat
jawaban-jawaban
Syaikh sendiri, atas
tuduhan-tuduhan
utama yang
dilontarkan ‘para
lawan’ dakwah
beliau. Kami amat
yakin insya Allah
dengan taufik dari
Allah, tulisan ini akan
cukup untuk
menjelaskan al-Haq
bagi mereka yang
memang
menginginkannya.
Adapun mereka yang
memusuhi dan
menentang
perjuangannya, yang
tidak henti-hentinya
menebarkan
tuduhan-tuduhan
dusta, maka kami
katakan kepada
mereka: ‘Sadarlah,
karena
sesungguhnya
kebenaran telah
jelas, agama Allah
ta’ala akan menang
dan cahaya matahari
yang bersinar terang
tidak bisa dihalangi
dengan kedua
telapak tangan.’
Perkataan-
perkataan beliau
dalam buku ini
meluluhlantakkan
tuduhan-tuduhan
mereka. Jika mereka
memiliki bukti dari
perkataan beliau
yang menguatkan
tuduhan tersebut
maka keluarkanlah
dan jangan
disembunyikan. Jika
mereka tidak bisa
mendatangkannya,
maka kami
menasihatkan,
“Telusurilah jalan
Allah ta’ala dengan
hati yang bersih dari
hawa nafsu dan
kefanatikan
terhadap suatu
golongan. Mohonlah
kepada-Nya agar Dia
menunjukkan
kebenaran lalu
ikutilah kebenaran
itu. perhatikanlah
perkataan-
perkataan beliau,
kemudian
renungkanlah;
apakah beliau
datang membawa
ajaran baru yang
tidak ada dalam al-
Qur’an dan as-
Sunnah?
Kemudian renungkan
kembali: Adakah
jalan keselamatan
selain dengan
mengucapkan
kebenaran serta
membenarkannya?
Jika telah datang
kebenaran
kepadamu maka
terimalah dan
ikutilah kebenaran
tersebut; karena
yang demikian lebih
baik dari pada
bersikeras dalam
kebatilan.
Hanya kepada Allah-
lah semuanya akan
kembali…
Hakikat Dakwah
Syaikh Muhammad
Bin Abdul Wahab
Alangkah baiknya
kami paparkan
terlebih dahulu
penjelasan singkat
tentang hakikat
dakwah yang beliau
serukan. Karena
hingga saat ini
‘para musuh’
dakwah beliau masih
terus membangun
dinding tebal di
hadapan orang-
orang awam,
sehingga mereka
terhalang untuk
melihat hakikat
dakwah sebenarnya
yang diusung oleh
beliau.
Syaikh berkata,
“Segala puji dan
karunia dari Allah,
serta kekuatan
hanyalah bersumber
dari-Nya.
Sesungguhnya Allah
ta’ala telah
memberikan hidayah
kepadaku untuk
menempuh jalan
lurus, yaitu agama
yang benar; agama
Nabi Ibrahim yang
lurus, dan Nabi
Ibrahim itu bukanlah
termasuk orang-
orang yang musyrik.
Alhamdulillah aku
bukanlah orang yang
mengajak kepada
ajaran sufi, ajaran
imam tertentu yang
aku agungkan atau
ajaran orang filsafat.
Akan tetapi aku
mengajak kepada
Allah Yang tiada
sekutu bagi-Nya, dan
mengajak kepada
sunnah Rasul-Nya
shallallahu ‘alaihi
wa sallam yang telah
diwasiatkan kepada
seluruh umatnya.
Aku berharap untuk
tidak menolak
kebenaran jika
datang kepadaku.
Bahkan aku jadikan
Allah, para malaikat-
Nya serta seluruh
makhluk-Nya
sebagai saksi bahwa
jika datang kepada
kami kebenaran
darimu maka aku
akan menerimanya
dengan lapang dada.
Lalu akan kubuang
jauh-jauh semua
yang menyelisihinya
walaupun itu
perkataan Imamku,
kecuali perkataan
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam
karena beliau tidak
pernah
menyampaikan
selain
kebenaran.” (Kitab
ad-Durar as-
Saniyyah: I/37-38).
“Alhamdulillah, aku
termasuk orang
yang senantiasa
berusaha mengikuti
dalil, bukan orang
yang mengada-
adakan hal yang
baru dalam
agama.” (Kitab
Muallafat Syaikh
Muhammad bin Abdul
Wahab: V/36).
“Dan yang aku
dakwahkan
sebenarnya adalah:
Kita tidak boleh
menyembah kecuali
hanya Allah semata,
tidak ada sekutu
bagi-Nya.
Sebagaimana
firman-Nya,
الَف وُعْدَت َعَم
ِهَّللا ًادَحَأ
“Maka kamu
janganlah
menyembah seorang
pun di samping
menyembah
Allah.” (QS. Al-Jin:
18)
Allah ta’ala juga
memerintahkan
Nabi-Nya shallallahu
‘alaihi wa sallam,
ْلُق يِّنِإ ال
ُكِلْمَأ ْمُكَل
ًاّرَض الَو ًادَشَر
“Katakanlah (wahai
Muhammad):
Sesungguhnya aku
tidak kuasa
mendatangkan suatu
kemudharatan pun
kepadamu dan tidak
( pula)kuasa
memberikan suatu
kemanfaatan.” (QS.
Al-Jin: 21)
Inilah firman Allah
ta’ala yang telah
disampaikan dan
diwasiatkan
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam
kepada kita… Inilah
yang akan menjadi
hakim antara kalian
dan diriku. Jika
kalian mendengar
tentang dakwahku
selain yang
kukatakan tadi,
maka ketahuilah
bahwa hal itu adalah
dusta.” (Kitab ad-
Durar as-Saniyyah:
I/90-91).
Poin Pertama:
Keyakinan Syaikh
Muhammad Bin Abdul
Wahab Tentang
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam
Di antara tuduhan
besar yang
dilontarkan
‘musuh-musuh’
dakwah Syaikh
kepada beliau dalam
masalah ini adalah:
1. Beliau dituduh
tidak meyakini
bahwa Nabi
Muhammad
shallallahu ‘alaihi
wa sallam adalah
penutup Para Nabi
dan Rasul.
Demikianlah tuduhan
yang tersebar,
padahal semua kitab
karangan beliau
telah membuktikan
dustanya tuduhan
ini. Di antara
perkataan beliau
yang membantah
tuduhan tersebut:
“Aku beriman
bahwa Nabi
Muhammad
shallallahu ‘alaihi
wa sallam adalah
penutup Para Nabi
dan Rasul. Keimanan
seseorang tidak
dianggap sah hingga
dia beriman dengan
kenabian dan
kerasulannya.” (Kitab
ad-Durar as-
Saniyyah: I/32).
“Orang yang paling
bahagia, paling besar
kenikmatannya dan
paling tinggi
derajatnya adalah
orang yang paling
setia mengikuti
tuntunan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi
wa sallam dan
mengamalkan ajaran
beliau.” (Kitab ad-
Durar as-Saniyyah:
II/21).
2. Beliau dituduh
tidak memenuhi hak
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam
serta tidak
memosisikan
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam
sebagaimana
mestinya.
Untuk menjelaskan
hakikat tuduhan ini,
kami akan kutip
perkataan Syaikh
yang menjelaskan
keyakinan beliau
tentang Rasulullah
shallallahu ‘alaihi
wa sallam.
Beliau berkata,
“Ketika Allah
ta’ala berkehendak
untuk menampakkan
Tauhid dan
menyempurnakan
agama-Nya di atas
muka bumi, serta
meninggikan kalimat
Allah dan
merendahkan
kalimat orang-orang
kafir; maka Allah
ta’ala mengutus
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam
sebagai penutup
para rasul dan
kekasih Rabb alam
semesta. Beliau
senantiasa dikenal
setiap masa, bahkan
disebutkan pula
dalam kitab Taurat
Nabi Musa ‘alaihis
salam dan kitab Injil
Nabi Isa ‘alaihis
salam. Hingga Allah
ta’ala
memunculkan
mutiara tersebut di
antara kabilah Bani
Kinanah dan Bani
Zahrah. Allah
mengutus beliau di
masa-masa
terputusnya
(pengiriman) rasul-
rasul, lalu
menunjukinya jalan
yang lurus.
Sebelum beliau
diutus menjadi Rasul,
telah tampak pada
dirinya tanda-tanda
kenabian yang tidak
bisa ditiru oleh
siapapun yang hidup
di zamannya. Allah
ta’ala
menumbuhkan
beliau dengan
sebaik-baiknya
hingga menjadi
orang yang paling
mulia akhlaknya,
paling tinggi budi
pekertinya, paling
tangguh
kesabarannya, paling
baik dengan para
tetangganya, serta
paling jujur tutur
katanya, sehingga
kaumnya
menjulukinya
sebagai al-amin
(yang dipercaya);
karena di dalam
pribadinya terdapat
perilaku yang baik
dan sifat-sifat yang
terpuji.” (Kitab ad-
Durar as-Saniyyah:
II/90-91).
“Beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam
adalah pemimpin
para pemberi
syafaat, dan pemberi
syafaat agung (di
padang mahsyar),
Nabi Adam ‘alaihis
salam dan
keturunannya kelak
berada di bawah
benderanya.” (Kitab
ad-Durar as-
Saniyyah: I/86).
“Rasul pertama
adalah Nabi Nuh
‘alaihis salam, dan
rasul yang terakhir
dan yang paling
utama adalah nabi
Muhammad
shallallahu ‘alaihi
wa sallam.” (Kitab
ad-Durar as-
Saniyyah: I/143).
“Rasulullah
shallallahu ‘alaihi
wa sallam telah
menyampaikan
risalah kepada
umatnya dengan
sempurna dan
menjelaskannya
dengan sebaik-
baiknya. Beliau
adalah penasihat
terbaik bagi para
hamba Allah, amat
belas kasihan lagi
penyayang terhadap
orang-orang
mukmin. Beliau telah
menyampaikan
risalah, menunaikan
amanah, berjihad
dengan sebenar-
benarnya di jalan
Allah ta’ala, serta
beribadah kepada
Allah ta’ala hingga
ajalnya tiba.” (Kitab
ad-Durar as-
Saniyyah: II/21).
Syaikh menjelaskan
bahwa sabda Rasul
shallallahu ‘alaihi
wa sallam: “Salah
seorang dari kalian
tidak dianggap
beriman hingga aku
lebih dia cintai
daripada orang tua
dan anak-anaknya
serta seluruh
manusia”,
menunjukkan akan
wajibnya
mengedepankan
kecintaan kepada
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam
atas kecintaan
kepada diri sendiri,
keluarga dan harta
bendanya. (Kitab at-
Tauhid: hal. 108).
3. Beliau dituduh
mengingkari
syafa’at Rasulullah
shallallahu ‘alaihi
wa sallam.
Syaikh menjawab
tuduhan ini dengan
berkata, “Mereka
menuduh kami
mengingkari syafaat
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam,
Subhanallah! ini
adalah kedustaan
yang besar. Bahkan
kami menjadikan
Allah ta’ala sebagai
saksi, bahwasanya
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam
adalah orang yang
diberi izin Allah
ta’ala untuk
memberikan syafaat
dan pemilik syafaat
agung (di padang
mahsyar). Kami
memohon kepada
Allah Yang Maha
Pemurah agar
mengizinkan beliau
untuk memberikan
syafaatnya kepada
kita, dan semoga
Allah ta’ala
mengumpulkan kita
bersamanya
kelak.” (Kitab ad-
Durar as-Saniyyah:
I/63-64).
“Yang mengingkari
adanya syafaat
adalah ahlul bid’ah
dan orang yang
sesat. Akan tetapi
syafa’at tersebut
tidak akan bisa diraih
kecuali setelah kita
mendapatkan izin
serta ridha dari Allah
ta’ala.
Sebagaimana
firman-Nya,
الَو َنوُعَفْشَي
اَّلِإ ِنَمِل
ىَضَتْرا
“Dan mereka tiada
memberi syafaat
melainkan kepada
orang yang diridhai
Allah.” (QS. Al-
Anbiya’: 28)
Allah ta’ala juga
berfirman.
ْنَم اَذ يِذَّلا
ُعَفْشَي ُهَدْنِع
اَّلِإ ِهِنْذِإِب
“Tiada yang dapat
memberi syafaat di
sisi Allah tanpa seizin
dari-Nya.” (QS. Al-
Baqarah: 255)
(Kitab ad-Durar as-
Saniyyah: I/31).
Kemudian beliau
menjelaskan sebab
timbulnya tuduhan
dusta tersebut,
“Tatkala
kusebutkan kepada
mereka apa yang
difirmankan Allah
ta’ala, apa yang
disabdakan Rasul-
Nya shallallahu
‘alaihi wa sallam,
serta apa yang
dijelaskan para
ulama dari berbagai
mazhab, tentang
perintah untuk
memurnikan ibadah
untuk Allah ta’ala
semata serta
larangan untuk
menyerupai kaum
Yahudi dan Nasrani
yang menjadikan
pendeta-pendeta
dan rahib-rahib
sebagai tuhan selain
Allah ta’ala, mereka
pun berkata, “Kamu
telah melecehkan
para nabi, orang-
orang shalih dan
para wali.” (Kitab
ad-Durar as-
Saniyyah: II/50).
Poin Kedua: Tentang
Ahlul Bait (Keluarga
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam).
Di antara tuduhan-
tuduhan yang
dilontarkan kepada
Syaikh: mereka
mengatakan bahwa
beliau membenci
ahlul bait serta tidak
memenuhi hak-hak
mereka
sebagaimana
mestinya.
Jawabannya:
tuduhan tersebut
tidak sesuai dengan
fakta; karena
kenyataannya beliau
mengakui
kedudukan mereka
dan mencintai serta
menghormati
mereka, bahkan
beliau mengingkari
orang yang benci
terhadap mereka,
beliau berkata,
“Allah ta’ala telah
mewajibkan kepada
umat ini untuk
memenuhi hak-hak
keluarga Rasul
shallallahu ‘alaihi
wa sallam, maka
tidak diperbolehkan
bagi seorang muslim
untuk mengabaikan
hak-hak mereka,
dengan prasangka
bahwa hal itu adalah
bagian dari tauhid.
Keyakinan seperti itu
termasuk dalam
sikap ghuluw
(berlebih-lebihan).
Yang kami ingkari
adalah model
pemuliaan ahlul bait
dengan cara
meyakini bahwa
dalam diri mereka
terdapat sifat-sifat
ketuhanan, juga aku
mengingkari orang-
orang yang
menghormati
oknum-oknum yang
mendakwakan hal
tersebut.” (Kitab
Muallafat Syaikh
Muhammad bin Abdul
Wahab: V/284).
Siapapun yang
membaca biografi
beliau, niscaya dia
akan mengetahui
kebenaran apa yang
diucapkannya.
Cukuplah sebagai
bukti akan
kebenaran ucapan
beliau; tatkala beliau
menamai enam dari
tujuh orang putra-
putranya dengan
nama-nama ahlul
bait. Mereka adalah:
Ali, Abdullah, Husain,
Hasan, Ibrahim dan
Fatimah. Ini
merupakan salah
satu bukti yang jelas
tentang besarnya
kecintaan beliau
terhadap ahlul bait.
Poin Ketiga: Tentang
Karamah Para Wali
Sebagian orang
menyebarkan isu
bahwa beliau
mengingkari adanya
karamah para wali.
Perkataan beliau di
berbagai
pembahasan dalam
kitab-kitabnya
membuktikan
dustanya tuduhan
ini. Di antara ucapan
beliau, “Aku
meyakini
keberadaan
karamah para
wali.” (Kitab ad-
Durar as-Saniyyah:
I/32).
Sungguh
mengherankan,
bagaimana mungkin
beliau dituduh
demikian, padahal
beliau adalah orang
yang menyifati
golongan yang
mengingkari
karamah para wali
dengan sebutan ahlul
bid’ah dan
golongan sesat?!
Beliau berkata, “Dan
tiada yang
mengingkari
karamah para wali
melainkan ahlul
bid’ah dan
golongan yang
sesat.” (Kitab
Muallafat Syaikh
Muhammad bin Abdul
Wahab: I/169).
-bersambung insya
Allah-
***
Diambil dari Kitab
Tashhihul Mafahimil
Khoti’ati
Karya: Syaikh DR.
Shalih bin Abdul Aziz
As-Sindy
( Dosen Aqidah
Universitas Islam
Madinah )
Diterjemahkan oleh:
Nur Kholis Kurdian,
Lc.
(Dosen Sekolah
Tinggi Dirasat
Islamiyah Imam
Syafii, Jember, Jawa
Timur)
Dikoreksi ulang oleh:
Abdullah Zaen, Lc. &
Muhammad Yasir, Lc.
Artikel
www.muslim.or.id

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1434 H

BELAJAR EKG MUDAH