Apa itu Wahabi ? (2)

Pokok-Pokok
Landasan Dakwah
yang Dicap Sebagai
Wahabi
Pokok landasan
dakwah yang utama
sekali beliau
tegakkan adalah
pemurnian ajaran
tauhid dari berbagai
campuran syirik dan
bid’ah, terutama
dalam
mengkultuskan para
wali, dan kuburan
mereka, hal ini akan
nampak jelas bagi
orang yang
membaca kitab-
kitab beliau, begitu
pula surat-surat
beliau (lihat
kumpulan surat-
surat pribadi beliau
dalam kita Majmu’
Muallafaat Syeikh
Muhammad bin Abdul
Wahab, jilid 3).
Dalam sebuah surat
beliau kepada
penduduk Qashim,
beliau paparkan
aqidah beliau dengan
jelas dan gamblang,
ringkasannya
sebagaimana
berikut: “Saya
bersaksi kepada
Allah dan kepada
para malaikat yang
hadir di sampingku
serta kepada anda
semua:
Saya bersaksi bahwa
saya berkeyakinan
sesuai dengan
keyakinan golongan
yang selamat yaitu
Ahlus Sunnah wal
Jama’ah, dari
beriman kepada
Allah dan kepada
para malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya,
para rasul-Nya,
kepada hari
berbangkit setelah
mati, kepada takdir
baik dan buruk.
Termasuk dalam
beriman kepada
Allah adalah beriman
dengan sifat-sifat-
Nya yang terdapat
dalam kitab-Nya dan
sunnah rasul-Nya
tanpa tahriif
(mengubah
pengertiannya) dan
tidak pula ta’tiil
(mengingkarinya).
Saya berkeyakinan
bahwa tiada satupun
yang menyerupai-
Nya. Dan Allah itu
Maha Mendengar lagi
Maha Melihat. (Dari
ungkapan beliau ini
terbantah tuduhan
bohong bahwa beliau
orang yang
menyerupakan Allah
dengan makhluk
(Musabbihah atau
Mujassimah))
Saya berkeyakinan
bahwa al-Qur’an itu
adalah kalamullah
yang diturunkan, ia
bukan makhluk,
datang dari Allah dan
akan kembali
kepada-Nya.
Saya beriman bahwa
Allah itu berbuat
terhadap segala apa
yang dikehendaki-
Nya, tidak satupun
yang terjadi kecuali
atas kehendak-Nya,
tiada satupun yang
keluar dari
kehendak-Nya.
Saya beriman
dengan segala
perkara yang
diberitakan oleh Nabi
shallallahu ‘alaihi
wa sallam tentang
apa yang akan
terjadi setelah mati,
saya beriman
dengan azab dan
nikmat kubur,
tentang akan
dipertemukannya
kembali antara ruh
dan jasad, kemudian
manusia dibangkit
menghadap Sang
Pencipta sekalian
alam, dalam keadaan
tanpa sandal dan
pakaian, serta dalam
keadaan tidak
bekhitan, matahari
sangat dekat dengan
mereka, lalu amalan
manusia akan
ditimbang, serta
catatan amalan
mereka akan
diberikan kepada
masing-masing
mereka, sebagian
mengambilnya
dengan tangan
kanan dan sebagian
yang lain dengan
tangan kiri.
Saya beriman
dengan telaga Nabi
kita Muhammad
shallallahu ‘alaihi
wa sallam.
Saya beriman
dengan shirat
(jembatan) yang
terbentang di atas
neraka Jahanam,
manusia
melewatinya sesuai
dengan amalan
mereka masing-
masing.
Saya beriman
dengan syafa’at
Nabi kita Muhammad
shallallahu ‘alaihi
wa sallam, bahwa
Dia adalah orang
pertama sekali
memberi syafa’at,
orang yang
mengingkari
syafa’at adalah
termasuk pelaku
bid’ah dan sesat.
(Dari ungkapan
beliau ini terbantah
tuduhan bohong
bahwa beliau orang
yang mengingkari
syafa’at Nabi
shallallahu ‘alaihi
wa sallam)
Saya beriman
dengan surga dan
neraka, dan
keduanya telah ada
sekarang, serta
keduanya tidak akan
sirna.
Saya beriman bahwa
orang mukmin akan
melihat Allah dalam
surga kelak.
Saya beriman bahwa
Nabi kita Muhammad
shallallahu ‘alaihi
wa sallam adalah
penutup segala nabi
dan rasul, tidak sah
iman seseorang
sampai ia beriman
dengan kenabiannya
dan kerasulannya.
(Dari ungkapan
beliau ini terbantah
tuduhan bohong
bahwa beliau orang
yang mengaku
sebagai nabi atau
tidak memuliakan
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam.
bahkan beliau
mengarang sebuah
kitab tentang
sejarah Nabi
shallallahu ‘alaihi
wa sallam dengan
judul Mukhtashar
sirah Ar Rasul,
bukankah ini suatu
bukti tentang
kecintaan beliau
kepada Rasul
shallallahu ‘alaihi
wa sallam.)
Saya mencintai para
sahabat Rasul
shallallahu ‘alaihi
wa sallam, begitu
pula para keluarga
beliau, saya memuji
mereka, dan
mendoakan semoga
Allah meridhai
mereka, saya
menutup mulut dari
membicarakan
kejelekan dan
perselisihan yang
terjadi antara
mereka.
Saya mengakui
karamah para wali
Allah, tetapi apa
yang menjadi hak
Allah tidak boleh
diberikan kepada
mereka, tidak boleh
meminta kepada
mereka sesuatu
yang tidak mampu
melakukannya
kecuali Allah. (Dari
ungkapan beliau ini
terbantah tuduhan
bohong bahwa beliau
orang yang
mengingkari
karamah atau tidak
menghormati para
wali)
Saya tidak
mengkafirkan
seorang pun dari
kalangan muslim
yang melakukan
dosa, dan tidak pula
menguarkan mereka
dari lingkaran Islam.
(dari ungkapan
beliau ini terbantah
tuduhan bohong
bahwa beliau
mengkafirkan kaum
muslimin, atau
berfaham khawarij,
baca juga Manhaj
syeikh Muhammad
bin Abdul Wahab fi
masalah at takfiir,
karangan Ahmad Ar
Rudhaiman)
Saya berpandangan
tentang wajibnya
taat kepada para
pemimpin kaum
muslimin, baik yang
berlaku adil maupun
yang berbuat zalim,
selama mereka tidak
menyuruh kepada
perbuatan maksiat.
(dari ungkapan
beliau ini terbantah
tuduhan bohong
bahwa beliau orang
yang menganut
faham khawarij
(teroris))
Saya berpandangan
tentang wajibnya
menjauhi para
pelaku bid’ah,
sampai ia bertaubat
kepada Allah, saya
menilai mereka
secara lahir, adapun
amalan hati mereka
saya serahkan
kepada Allah.
Saya berkeyakinan
bahwa iman itu
terdiri dari
perkataan dengan
lidah, perbuatan
dengan anggota
tubuh dan
pengakuan dengan
hati, ia bertambah
dengan ketaatan dan
berkurang dengan
kemaksiatan.
Bukti Kebohongan
Tuduhan Wahabi
Tehadap Dakwah
Ahlussunnah Wal
Jama’ah
Dengan
membandingkan
antara tuduhan-
tuduhan sebelumnya
dengan aqidah
Syaikh Muhammad
bin Abdul Wahhab
yang kita sebutkan
di atas, tentu dengan
sendirinya kita akan
mengetahui
kebohongan
tuduhan-tuduhan
tersebut.
Tuduhan-tuduhan
bohong tersebut
disebar luaskan oleh
musuh dakwah
Ahluss sunnah ke
berbagai negeri
Islam, sampai pada
masa sekarang ini,
masih banyak orang
tertipu dengan
kebohongan
tersebut. sekalipun
telah terbukti
kebohongannya,
bahkan seluruh
karangan Syaikh
Muhammad bin Abdul
Wahhab membantah
tuduhan tersebut.
Kita ambil contoh
kecil saja dalam
kitab beliau “Ushul
Tsalatsah” kitab
yang kecil sekali, tapi
penuh dengan
mutiara ilmu, beliau
mulai dengan
menyebutkan
perkataan Imam
Syafi’i, kemudian di
pertengahannya
beliau sebutkan
perkataan Ibnu
Katsir yang
bermazhab syafi’i
jika beliau tidak
mencintai para imam
mazhab yang empat
atau hanya
berpegang dengan
mazhab Hambali
saja, mana mungkin
beliau akan
menyebutkan
perkataan mereka
tersebut.
Bahkan beliau dalam
salah satu surat
beliau kepada salah
seorang kepala suku
di daerah Syam
berkata: “Saya
katakan kepada
orang yang
menentangku,
sesungguhnya yang
wajib atas manusia
adalah mengikuti
apa yang
diwasiatkan oleh
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam,
maka bacalah buku-
buku yang terdapat
pada kalian, jangan
kalian ambil dari
ucapanku sedikitpun,
tetapi apabila kalian
telah mengetahui
perkataan Rasul
shallallahu ‘alaihi
wa sallam yang
terdapat dalam kitab
kalian tersebut maka
ikutilah, sekalipun
kebanyakan manusia
menentangnya.” (lihat
kumpulan surat-
surat pribadi beliau
dalam kitab Majmu’
Muallafaat Syaikh
Muhammad bin Abdul
Wahab, jilid 3)
Dalam ungkapan
beliau di atas jelas
sekali bahwa beliau
tidak mengajak
manusia kepada
pendapat beliau,
tetapi mengajak
untuk mengikuti
ajaran Rasul
shallallahu ‘alaihi
wa sallam.
Para ulama dari
berbagai negeri
Islam pun
membantah
tuduhan-tuduhan
bohong tersebut
setelah mereka
melihat secara nyata
dakwah yang beliau
tegakkan, seperti
dari daerah Yaman
Imam Asy Syaukani
dan Imam As
Shan’any, dari India
Syekh Mas’ud An-
Nadawy, dari Irak
Syaikh Muahmmad
Syukri Al Alusy.
Syaikh Muhammad
Syukri Al Alusy
berkata setelah
beliau menyebutkan
berbagai tuduhan
bohong yang disebar
oleh musuh-musuh
terhadap dakwah
tauhid dan
pengikutnya:
“Seluruh tuduhan
tersebut adalah
kebohongan, fitnah
dan dusta semata
dari musuh-musuh
mereka, dari
golongan pelaku
bid’ah dan
kesesatan, bahkan
kenyataannya
seluruh perkataan
dan perbuatan serta
buku-buku mereka
menyanggah
tuduhan itu
semua.” (al Alusy,
Tarikh Nejd, hal: 40)
Begitu pula Syaikh
Mas’ud An-Nadawy
dari India berkata:
“Sesungguhnya
kebohongan yang
amat nyata yang
dituduhkan terhadap
dakwah Syaikh
Muhammad bin Abdu
Wahhab adalah
penamaannya
dengan wahabi,
tetapi orang-orang
yang rakus berusaha
mempolitisir nama
tersebut sebagai
agama di luar Islam,
lalu Inggris dan turki
serta Mesir bersatu
untuk
menjadikannya
sebagai lambang
yang menakutkan,
yang mana setiap
muncul kebangkitan
Islam di berbagai
negeri, lalu orang-
orang Eropa melihat
akan
membahayakan
mereka, mereka lalu
menghubungkannya
dengan wahabi,
sekalipun keduanya
saling
bertentangan.” (Muhammad
bin Abdul Wahab
Mushlih Mazhluum,
hal: 165)
Begitu pula Raja
Abdul Aziz dalam
sebuah pidato yang
beliau sampaikan di
kota Makkah di
hadapan jamaah haji
tgl 11 Mei 1929 M
dengan judul “Inilah
Aqidah Kami”:
“Mereka
menamakan kami
sebagai orang-orang
wahabi, mereka
menamakan mazhab
kami wahabi, dengan
anggapan sebagai
mazhab khusus, ini
adalah kesalahan
yang amat keji,
muncul dari isu-isu
bohong yang
disebarkan oleh
orang-orang yang
mempunyai tujuan
tertentu, dan kami
bukanlah pengikut
mazhab dan aqidah
baru, Muhammad bin
Abdul Wahab tidak
membawa sesuatu
yang baru, aqidah
kami adalah aqidah
salafus sholeh, yaitu
yang terdapat dalam
kitab Allah dan
Sunnah Rasul-Nya,
serta apa yang
menjadi pegangan
salafus sholeh. Kami
memuliakan imam-
imam yang empat,
kami tidak
membeda-bedakan
antara imam-imam;
Malik, Syafi’i ,
Ahmad dan Abu
Hanifah, seluruh
mereka adalah
orang-orang yang
dihormati dalam
pandangan kami,
sekalipun kami
dalam masalah fikih
berpegang dengan
mazhab
hambaly.” (al Wajiz
fi Sirah Malik Abdul
Aziz, hal: 216)
Dari sini terbukti lagi
kebohongan dan
propaganda yang
dibuat oleh musuh
Islam dan musuh
dakwah Ahlussunnah
bahwa teroris
diciptakan oleh
wahabi. Karena
seluruh buku-buku
aqidah yang menjadi
pegangan di
kampus-kampus
tidak pernah luput
dari membongkar
kesesatan teroris
(Khawarij dan
Mu’tazilah). Begitu
pula tuduhan bahwa
Mereka tidak
menghormati para
wali Allah atau
dianggap membikin
mazhab yang kelima.
Pada kenyataannya
semua buku-buku
yang dipelajari
dalam seluruh
jenjang pendidikan
adalah buku-buku
para wali Allah dari
berbagai mazhab.
Pembicara sebutkan
di sini buku-buku
yang menjadi
panduan di
Universitas Islam
Madinah.
Untuk mata kuliah
Aqidah: kitab
“Syarah Aqidah
Thawiyah”
karangan Ibnu Abdil
‘iz Al Hanafi,
“Fathul Majiid”
karangan
Abdurahman bin
Hasan Al hambaly.
Ditambah sebagai
penunjang, “Al
Ibaanah“ karangan
Imam Abu Hasan Al
Asy’ari, “Al
Hujjah” karangan Al
Ashfahany Asy
Syafi’i, “Asy
Syari’ah”
karangan Al Ajurry,
Kitab “At Tauhid”
karangan Ibnu
Khuzaimah, Kitab
“At Tauhid”
karangan Ibnu
Mandah, dll.
Untuk mata kuliyah
Tafsir: Tafsir Ibnu
Katsir Asy Syafi’i,
Tafsir Asy Syaukany.
Ditambah sebagai
penunjang: Tafsir At
Thobary, Tafsir Al
Qurtuby Al Maliky,
Tafsir Al Baghawy As
Syafi’i, dan lainnya.
Untuk mata kuliyah
Hadits: Kutub As
Sittah beserta
Syarahnya seperti:
“Fathul Bary”
karangan Ibnu Hajar
Asy Syafi’i,
“Syarah Shahih
Muslim” karangan
Imam An Nawawy
Asy Syafi”i, dll.
Untuk mata kuliyah
fikih: “Bidayatul
Mujtahid” karangan
Ibnu Rusy Al maliky,
“Subulus Salam”
karangan Ash
Shan’any. Ditambah
sebagai penunjang:
“al Majmu’”
karangan Imam An
Nawawy Asy
Syafi”i, kitab “Al
Mughny” karangan
Ibnu Qudamah Al
Hambali, dll. Kalau
ingin untuk melihat
lebih dekat lagi
tentang kitab-kitab
yang menjadi
panduan mahasiswa
di Arab Saudi silakan
berkunjung ke
perpustakaan
Universitas Islam
Madinah atau
perpustakaan mesjid
Nabawi, di sana akan
terbukti segala
kebohongan dan
propaganda yang
dibikin oleh musuh
Islam dan kelompok
yang berseberangan
dengan paham
Ahlussunnah wal
Jama’ah seperti
tuduhan teroris dan
wahabi.
Selanjutnya kami
mengajak para
hadirin semua
apabila mendengar
tuduhan jelek
tentang dakwah
Syaikh Muhammad
bin Abdul Wahhab,
atau membaca buku
yang menyebarkan
tuduhan jelek
tersebut, maka
sebaiknya ia meneliti
langsung dari buku-
buku Syaikh
Muhammad bin Abdul
Wahab atau buku-
buku ulama yang
seaqidah dengannya,
supaya ia
mengetahui tentang
kebohongan
tuduhan-tuduhan
tersebut,
sebagaimana
perintah Allah
kepada kita:
اَي اَهُّيَأ
َنيِذَّلا اوُنَمآ
ْنِإ ْمُكَءاَج
ٌقِساَف ٍإَبَنِب
اوُنَّيَبَتَف ْنَأ
اوُبيِصُت اًمْوَق
ٍةَلاَهَجِب
اوُحِبْصُتَف ىَلَع
اَم ْمُتْلَعَف
َنيِمِداَن
“Wahai orang-orang
yang beriman, bila
seorang fasik datang
kepadamu
membawa sebuah
berita maka telitilah,
agar kamu tidak
mencela suatu kaum
dengan kebodohan,
sehingga kamu
menjadi menyesal
terhadap apa yang
kamu lakukan.”
Karena buku-buku
Syaikh Muhammad
bin Abdul Wahhab
bisa didapatkan
dengan sangat
mudah terlebih-lebih
pada musim haji
dibagikan secara
gratis, di situ akan
terbukti bahwa
beliau tidak
mengajak kepada
mazhab baru atau
kepercayaan baru
yang menyimpang
dari pemahaman
Ahlus Sunnah wal
Jama’ah, namun
semata-mata ia
mengajak untuk
beramal sesuai
dengan kitab Allah
dan sunnah Rasul-
Nya, sesuai dengan
mazhab Ahlus
Sunnah wal
Jama’ah,
meneladani
Rasulullah dan para
sahabatnya serta
generasi terkemuka
umat ini, serta
menjauhi segala
bentuk bid’ah dan
khurafat.
Ringkasan Dan
Penutup
Ringkasan:
Seorang da’i
hendaklah
membekali dirinya
dengan ilmu yang
cukup sebelum
terjun ke medan
dakwah.
Seorang da’i
hendaklah memulai
dakwah dari tauhid,
bukan kepada politik,
selama umat tidak
beraqidah benar
selama itu pula
politik tidak akan
stabil.
Seorang da’i
hendaklah sabar
dalam menghadapi
berbagai rintangan
dan tantang dalam
menegakkan
dakwah.
Seorang da’i yang
ikhlas dalam
dakwahnya harus
yakin dengan
pertolongan Allah,
bahwa Allah pasti
akan menolong
orang yang
menolong agama-
Nya.
Tuduhan wahabi
adalah tuduhan yang
datang dari musuh
dakwah Ahlus
Sunnah wal
Jama’ah, dengan
tujuan untuk
menghalangi orang
dari mengikuti
dakwah Ahlus
Sunnah wal
Jama’ah.
Muhammad bin Abdul
Wahhab bukanlah
sebagai pembawa
aliran baru atau
ajaran baru, tetapi
seorang yang
berpegang teguh
dengan aqidah Ahlus
Sunnah wal
Jama’ah.
Perlunya ketelitian
dalam membaca
atau mendengar
sebuah isu atau
tuduhan jelek
terhadap seseorang
atau suatu
kelompok, terutama
merujuk pemikiran
seseorang tersebut
melalui tulisan atau
karangannya sendiri
untuk pembuktian
berbagai tuduhan
dan isu yang
tersebar tersebut.
Penutup
Sebagai penutup
kami mohon maaf
atas segala
kekurangan dan
kekeliruan dalam
penyampaian materi
ini, semua itu adalah
karena keterbatasan
ilmu yang kami
miliki, semoga apa
yang kami
sampaikan ini
bermanfaat bagi
kami sendiri dan bagi
hadirin semua,
semoga Allah
memperlihatkan
kepada kita yang
benar itu adalah
benar, kemudian
menuntun kita untuk
mengikuti kebenaran
itu, dan
memperlihatkan
kepada kita yang
salah itu adalah
salah, dan
menjauhkan kita dari
mengikuti yang salah
itu.
ىلصو هللا ىلع انيبن
دمحم ىلعو هلآ هبحصو
نيعمجأ
كناحبس مهللا كدمحبو
دهشأ نأ ال هلإ الإ تنأ
كرفغتسأو بوتأو كيلإ .
*) Penulis adalah
Rektor Sekolah
Tinggi Dirasat
Islamiyah Imam
Syafii, Jember, Jawa
Timur
***
Disampaikan dalam
tabligh Akbar 21 Juli
2005 di kota Jeddah,
Saudi Arabia
Oleh: Ustadz DR. Ali
Musri SP *
Artikel
www.muslim.or.id

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1434 H

BELAJAR EKG MUDAH