SABAR ITU CAHAYA ( alsofwah.or.id )

Karena hasil akhirnya lebih
manis daripada madu dan
lebih nikmat daripada
susu, hal ini telah
dibuktikan oleh hamba-
hamba Allah dalam
jumlah yang tidak sedikit,
mereka mengalami ujian
dan cobaan, silih berganti
dan bertubi-tubi, namun
seseorang tidak diberi
sesuatu yang lebih baik
dan lebih lapang daripada
kesabaran, maka benar
kalau Rasulullah saw
bersabda, “Ash-shabru
dhiya`, sabar itu cahaya.”
Salah satu pembuktian
dalam hal ini adalah apa
yang terjadi pada
Nabiyullah Ayyub alaihis
salam.
Ayyub adalah salah
seorang Nabi Allah yang
mulia, dia termasuk
keturunan Ibrahim, Allah
telah menceritakan
kisahnya di dua tempat
dalam kitab-Nya:
Pertama dalam surat Al-
Anbiya`, firman Allah,
"Dan (ingatlah kisah)
Ayyub, ketika ia menyeru
Tuhannya, '(Ya Tuhanku),
sesungguhnya aku telah
ditimpa penyakit dan
Engkau adalah Tuhan
Yang Maha Penyayang di
antara semua penyayang'.
Maka kami pun
memperkenankan
seruannya itu, lalu kami
lenyapkan penyakit yang
ada padanya dan Kami
kembalikan keluarganya
kepadanya, dan Kami lipat
gandakan bilangan
mereka, sebagai suatu
rahmat dari sisi kami dan
untuk menjadi peringatan
bagi semua yang
menyembah Allah." (Al-
Anbiya`: 83-84).
Kedua dalam surat Shad,
firman-Nya, "Dan ingatlah
akan hamba Kami Ayyub
ketika ia menyeru
Tuhannya,
'Sesungguhnya aku
diganggu syaitan dengan
kepayahan dan siksaan'.
(Allah berfirman),
'Hantamkanlah kakimu,
inilah air yang sejuk untuk
mandi dan untuk minum'.
Dan Kami anugerahi dia
(dengan mengumpulkan
kembali) keluarganya dan
(Kami tambahkan) kepada
mereka sebanyak mereka
pula sebagai rahmat dari
Kami dan pelajaran bagi
orang-orang yang
mempunyai fikiran. Dan
ambillah dengan
tanganmu seikat
(rumput), maka pukullah
dengan itu dan janganlah
kamu melanggar
sumpah. Sesungguhnya
Kami dapati dia (Ayyub)
seorang yang sabar.
Dialah sebaik-baik hamba.
Sesungguhnya dia amat
taat (kepada
Tuhannya)." (Shad:
41-44).
Dalam sunnah Rasulullah
saw terdapat keterangan
tentang kisah Ayyub yang
lebih jelas dan terperinci.
Dari seluruh keterangan
yang ada di al-Qur'an dan
hadits dapat diambil
kesimpulan bahwa hidup
Ayyub penuh dengan
kenikmatan sebelum
memperoleh ujian,
kehidupannya makmur.
Allah menganugerahkan
harta, keluarga dan anak
kepadanya, kemudian
Allah berkehendak untuk
mengujinya, maka Dia
mengambil harta dan
anaknya, badannya
berpenyakit. Orang-orang
yang dikumpulkan oleh
nikmat di sekelilingnya
mulai menjauhinya.
Orang dekat dan orang
jauh menghindarinya.
Yang masih baik
kepadanya hanyalah
istrinya dan dua orang
dari sahabatnya yang
mulia. Kedua orang ini
sering mengunjunginya
dan Ayyub terhibur
karenanya.
Salah seorang dari
keduanya memikirkan
keadaan Ayyub yang telah
diuji sekian lama, Ayyub
menanggung ujian
selama delapan belas
tahun dan Allah belum
mengangkat apa yang
menimpanya. Terbersit di
pikiran orang ini bahwa
cobaan Ayyub ini
mungkin karena dosa
besar yang pernah
diperbuat oleh Ayyub.
Orang ini mengatakan apa
yang ada di pikirannya
kepada temannya, dan
temannya ini pun tidak
kuasa menyimpan apa
yang dikatakan oleh
rekannya. Dia mengatakan
itu kepada Ayyub. Hal ini
membuat Ayyub sangat
bersedih, maka dia
menceritakan keadaannya
secara terbuka dan
menepis anggapan
tersebut. Pada waktu
Ayyub sehat dan bugar,
dia melihat dua orang
saling bertikai, keduanya
menyebut nama Allah.
Ayyub pulang ke
rumahnya dan
bersedekah atas nama
keduanya karena dia
khawatir nama Allah
disebut tidak dalam
kebenaran.
Ayyub menghadap
kepada Tuhannya dengan
doa memohon
kepadaNya agar ujiannya
diangkat, "(Ya Tuhanku),
sesungguhnya aku telah
ditimpa penyakit dan
Engkau adalah Tuhan
Yang maha Penyayang di
antara semua
penyayang." (Al-Anbiya:
83). "Sesungguhnya aku
diganggu seitan dengan
kepayahan dan
siksaan." (Shad: 41).
Allah menjawab doanya
mengangkat ujian yang
menimpanya. Allah Maha
Berkuasa atas segala hal,
jika Dia menghendaki
sesuatu pastilah terjadi,
tidak ada sesuatu pun di
langit dan di bumi yang
mampu menghalangiNya.
Sudah menjadi kebiasaan
Ayyub jika dia pergi
buang hajat, dia diantar
dan dituntun oleh istrinya
karena badannya yang
lemah. Jika Ayyub telah di
tempat yang dituju
istrinya membiarkannya
menunaikan hajatnya.
Setelah itu dia kembali
menuntun suaminya
pulang ke tempat
tinggalnya. Pada hari di
mana Ayyub berdoa
kepada Allah, dia
terlambat kembali kepada
istrinya yang
menunggunya. Allah
mewahyukan kepada
Ayyub agar menjejakkan
kakinya yang lemah ke
tanah, dari tempat yang
dijejaknya itu memancar
air. Allah meminta Ayyub
agar minum air itu dan
mandi darinya. Air itu
menghilangkan penyakit
tubuhnya lahir dan batin.
Ayyub kembali sehat dan
bersemangat pada saat itu
juga. Kesehatannya dan
kekuatannya pulih seperti
tidak pernah sakit.
Ayyub menemui istrinya
dengan penuh semangat
dan gairah seperti
sebelum dia diserang
penyakit. Ketika istrinya
melihatnya, dia tidak
mengenalinya walaupun
dia melihatnya seperti
suaminya yang dahulu
sehat wal afiat. Dia
bertanya kepadanya
tentang suaminya
seorang nabi yang sakit-
sakitan, dia menyebutkan
apa yang pernah
dilihatnya dari suaminya
pada saat suaminya
masih sehat dan kuat, dia
sama sekali tidak
menduga suaminya bisa
sehat dan sembuh dari
penyakitnya dalam waktu
yang sesingkat itu yaitu
sewaktu dia terlambat
untuk kembali kepadanya.
Kebahagaiaannya begitu
besar manakala dia
melihat nikmat Allah
kepada suaminya dalam
bentuk kembalinya
kesehatan dan kekuatan
kepadanya.
Sebagaimana Allah
mengembalikan
kesehatannya dan
kekuatannya, Allah juga
mengembalikan hartanya
yang hilang dua kali lipat,
serta menganugerahkan
anak-anak kepadanya dua
kali lipat pula. Allah
mengirim dua awan, tidak
membawa hujan, tetapi
membawa emas dan
perak. Ayyub memiliki
dua tempat menyimpan
hasil bumi. Yang pertama
untuk gandum dan yang
lain untuk jewawut. Awan
pertama menurunkan
emas di tempat
penyimpanan gandum
dan awan kedua
menumpahkan perak di
tempat penyimpanan
jewawut.
Ayyub adalah seorang
yang dermawan dan
humoris dalam kejujuran.
Rasulullah saw telah
menyampaikan dalam
hadis yang diriwayatkan
oleh Bukhari dan an-Nasai
dari Abu Hurairah berkata,
Rasulullah bersabda,
"Manakala Ayyub sedang
mandi telanjang,
sekelompok belalang dari
emas jatuh kepadanya,
maka Ayyub
memungutinya dan
menyimpannya di
bajunya. Maka Tuhannya
memanggilnya, 'Wahai
Ayyub bukankah Aku
telah membuatmu kaya
seperti yang kamu lihat?'
Ayyub menjawab, 'Benar,
ya Rabbi, akan tetapi aku
selalu memerlukan
keberkahan-Mu."
Mungkin Anda
membayangkan keadaan
Ayyub, dia melompat
dalam keadaan telanjang,
mengumpulkan dan
memunguti belalang
emas lalu meletakkannya
di bajunya. Lalu Tuhannya
memanggilnya,
"Bukankah Aku telah
membuatmu kaya
sebagaimana kamu lihat?"
Yakni melalui dua awan
yang menuangkan emas
dan perak di tempat
penyimpanan hasil
buminya. Ayyub
menjawab, "Siapa yang
tidak memerlukan
keberkahanMu ya Rabbi?"
(Izzudin Karimi)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1434 H

BELAJAR EKG MUDAH