FASIH DAN CERDIK ( alsofwah.or.id )

Bisyr bin al-Harits, salah
satu rekan Imam Ahmad,
dikenal juga dengan Bisyr
al-Hafi, arti al-Hafi adalah
orang yang tidak beralas
kaki, berkata, “Aku
mengunjungi rumah al-
Muafa bin Imran. Aku
mengetuk pintu. Dari
dalam terdengar suara,
‘Siapa?” Aku menjawab,
“Bisyr al-Hafi.” Seorang
bocah perempuan dari
dalam rumah berkata,
“Seandainya Bapak
membeli sandal dengan
harga dua daniq -mata
uang Persia sama dengan
seperenam dirham-
niscaya bapak tidak lagi
dipanggil al-Hafi.”
Suatu hari Ibnus Simak
berbicara, sementara
seorang hamba sahaya
miliknya mendengar
pembicaraannya. Setelah
pembicaraan selesai,
Ibnus Simak bertanya
kepadanya, “Bagaimana
kamu mendengar
ucapanku?” Dia
menjawab, “Betapa
bagusnya kalau engkau
tidak sering mengulang-
ulangnya.” Ibnus Simak
berkata, “Aku mengulang-
ulangnya agar orang yang
belum paham bisa
memahaminya.” Dia
berkata, “Sampai yang
belum paham menjadi
paham, orang yang
sudah paham akan
merasa bosan.”
Ibnu Qutaibah berkata,
“Seorang hamba sahaya
memberiku hadiah. Aku
katakan kepadanya,
‘Majikanmu telah
mengetahui kalau aku
tidak menerima hadiah’.”
Dia bertanya, “Mengapa?”
Aku berkata, “Aku takut
dia mengambil ilmu
dariku dengan
hadiahnya.” Dia berkata,
“Orang-orang mengambil
ilmu lebih banyak dari
Rasulullah saw, sementara
beliau tetap menerima
hadiah.” Maka aku pun
menerima hadiahnya.
Ternyata dia lebih pintar
dariku.”
Seorang wanita makelar
datang kepada suatu
kaum membawa misi dari
seorang laki-laki yang
melamar salah seorang
gadis dari kaum tersebut,
wanita itu berkata, “Aku
utusan seorang laki-laki
yang ingin melamar
kepada kalian, laki-laki ini
menulis dengan besi dan
menstempel dengan
kaca.” Maka mereka
menerimanya dan
menikahkannya, ternyata
laki-laki tersebut adalah
tukang bekam.
Dari Abdurrazzaq berkata,
hamba sahaya Ali bin al-
Husain bin Ali yang
dikenal dengan Zainal
Abidin menuangkan air
untuknya. Tetapi kendinya
jatuh dari tangannya ke
wajahnya dan
melukainya. Hamba
sahaya itu berkata, “Allah
berfirman, ‘Dan orang-
orang yang menahan
amarahnya’.” Zaenal
Abidin berkata, “Aku telah
menahannya.” Dia
berkata, “Allah berfirman,
‘Dan orang-orang yang
memaafkan kesalahan
orang’.” Zaenal Abidin
berkata, “Aku telah
memaafkanmu.” Dia
berkata, “Allah berfirman,
‘Dan Allah mencintai
orang-orang yang
berbuat baik’.” Zaenal
Abidin berkata, “Kamu
merdeka.”
Harun al-Rasyid
mempunyai seorang
hamba sahaya hitam
yang buruk rupa. Suatu
hari al-Rasyid menebar
dinar di antara para
hamba sahaya. Maka
mereka memunguti dinar-
dinar itu. Sementara
hamba sahaya hitam itu
tetap berdiri melihat wajah
al-Rasyid. Al-Rasyid
bertanya, “Mengapa kamu
tidak memunguti dinar-
dinar?” Dia menjawab,
“Keinginan mereka adalah
dinar. Sementara aku
menginginkan
pemiliknya.” Al-Rasyid
mengaguminya dan
setelah itu memberikan
kedudukan khusus
kepadanya.
Seorang laki-laki dari
Syam berkata, “Aku
datang di kota Madinah
lalu aku menuju rumah
Ibrahim bin Harimah. Aku
bertemu dengan putri
kecilnya yang sedang
bermain lumpur. Aku
bertanya, “Di mana
bapakmu?” Dia
menjawab, “Dia pergi
menemui orang-orang
dermawan. Maka kami
tidak mengetahuinya sejak
beberapa waktu.” Aku
berkata kepadanya,
“Sembelihkan onta betina
untuk kami. Kami ini
tamumu.” Dia menjawab,
“Kami tidak punya.” Aku
berkata, “Domba.”Dia
menjawab, “Kami tidak
punya.” Aku berkata,
“Ayam.” Dia berkata,
“Demi Allah kami tidak
punya.” Aku berkata,
“Telor.” Dia menjawab,
“Demi Allah, kami tidak
punya.” Aku berkata,
“Kalau begitu bapakmu
telah berbohong ketika
berkata,
“Berapa banyak onta
betina dan onta jantan
yang aku tusuk lehernya
di awal musim dingin.”
Dia menjawab,
“Perbuatan ayahku itulah
yang menyebabkan kami
tidak memiliki apa pun.”
Dari an-Nisa` adz-
Dzakiyyat, Qasim Asyur.
(Izzudin Karimi)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1434 H

BELAJAR EKG MUDAH