BABAK BELUR (alsofwah.or.id)

Jarang ada orang
yang mau babak
belur, dikeroyok atau
dipukuli rame-rame
oleh sekumpulan
orang,
bahkan
mungkin orang yang
berhak untuk
dipukuli bareng-
bareng pun tidak
mau babak belur, dia
akan mengambil
langkah seribu
menyelamatkan diri
atau berlindung
kepada yang bisa
memberinya
perlindungan.
Tetapi hal itu barang
kali tidak berlaku
jika demi sebuah
prinsip mendasar
yang diyakini
kebenarannya dan
harus dipertahankan
sekali pun harus
dibayar dengan
babak belur, dalam
kondisi ini orang
tidak akan berlari
menghindar tetapi
justru mencarinya
dan menganggapnya
sebagai suatu
kebutuhan jiwa
terpendam yang
harus disalurkan.
Aisyah berkisah,
ketika sahabat-
sahabat Nabi saw
berkumpul, pada
saat itu jumlah
mereka hanya
puluhan orangsaja,
Abu Bakar ash-
Shiddiq mengusulkan
kepada Nabi saw
untuk menampakkan
diri di depan orang-
orang Quraisy dan
tidak bersembunyi
dari mereka, Nabi
saw menanggapi,
“Jumlah kita masih
sedikit wahai Abu
Bakar.”
Namun Abu Bakar
terus mengusulkan
kepada Nabi saw
agar tidak
bersembunyi sampai
akhirnya Nabi saw
mengabulkan
usulnya, selanjutnya
kaum muslimin
berpencar disekita
Ka’bah, masing-
masing bersama
keluarga besarnya.
Abu Bakar berdiri
untuk berbicara di
hadapan hadirin
sementara
Rasulullah saw
sendiri duduk, Abu
Bakar menjadi khatib
pertama yang
menyeru kepada
Allah dan kepada
Rasulullah saw,
maka kaum
musyrikin menyerbu
Abu Bakar dan
menyerang kaum
muslimin, mereka
dipukuli di sudut-
sudut masjid dengan
keras, Abu Bakar
sendiri diinjak-injak
dan dipukuli dengan
keras, Utbah bin
Rabi’ah, laki-laki
fasik mendekat
kepada Abu Bakar,
dia memukuli Abu
Bakar dengan
sepasang sandal
yang tebal, dia
memukul wajahnya
dengan keduanya
bergantian, dia
duduk di atas perut
Abu Bakar sambil
memukuli wajahnya
sehingga hidung Abu
Bakar tidak
dibedakan dari
wajahnya.
Akhirnya Bani Taim,
kaum Abu Bakar,
datang
menyelamatkan,
mereka mengusir
orang-orang Quraisy
dari Abu Bakar, Bani
Taim membawa Abu
Bakar dalam
selembar kain dan
memasukkannya ke
dalam rumahnya,
mereka hampir yakin
Abu Bakar mati,
kemudian Bani Taim
kembali ke Ka’bah,
mereka berkata,
“Demi Allah, kalau
sampai Abu Bakar
mati maka kami
akan membunuh
Utbah bin Rabi’ah.”
Setelah itu mereka
menjenguk Abu
Bakar. Abu Quhafah,
ayah Abu Bakar dan
Bani Taim berupaya
mengajak Abu Bakar
berbicara sampai dia
menjawab, di sore
hari Abu Bakar
berbicara, dia
berkata,
“Bagaimana
keadaan Rasulullah
saw?” Maka Bani
Taim mencela dan
mencibir Abu Bakar,
kemudian mereka
berdiri dan berkata
kepada ibunya,
Ummul Khair,
“Cobalah
memberinya makan
sesuatu atau minum
sesuatu.”
Ketika Ummul Khair
hanya berdua
dengan Abu Bakar,
dia mencoba
memberikan sesuatu
kepadanya, namun
Abu Bakar selalu
menjawab,
“Bagaimana
keadaan Rasulullah
saw?” Maka Ummul
Khair menjawab,
“Aku tidak
mengetahui keadaan
kawanmu.” Abu
Bakar berkata,
“Pergilah kepada
Ummu Jamil binti al-
Khatthab,
bertanyalah
kepadanya
tentangnya.” Maka
Ummul Khair
berangkat menemui
Ummu Jamil.
Ummul Khair
berkata,
”Sesungguhnya Abu
Bakar bertanya
kepadamu tentang
Muhammad bin
Abdullah.” Ummu
Jamil menjawab,
“Aku tidak kenal
Abu Bakar dan tidak
pula Muhammad bin
Abdullah, namun jika
engkau ingin aku
menemui anakmu
maka aku
bersedia.” Ummul
Khair menjawab,
“Ya.” Maka Ummu
Jamil berangkat
bersamanya, dia
mendapati Abu Bakar
dalam keadaan
sekarat lagi parah,
Ummu Jamil
mendekat dan dia
berkata dengan
suara tinggi, “Demi
Allah, kaum yang
melakukan ini
kepadamu adalah
kaum fasik lagi kafir,
aku berdoa semoga
Allah membalas
untukmu atas
mereka.”
Abu Bakar bertanya,
“Bagaimana
keadaan Rasulullah
saw?” Ummu Jamil
menjawab, “Ada
ibumu, dia
mendengar kata-
kataku.” Abu Bakar
berkata, “Jangan
khawatir
kepadanya.” Ummu
Jamil berkata,
“Beliau selamat,
keadaan baik-baik
saja.” Abu Bakar
berkata, “Di
mana?” Ummu
Jamil menjawab,
“Di rumah Ibnu al-
Arqam.”
Abu Bakar berkata,
“Demi Allah, aku
bersumpah tidak
makan apa pun atau
minum apa pun
sebelum aku
bertemu Rasulullah
saw.” Maka Ummul
Khair dan Ummu
Jamil meminta Abu
Bakar untuk
bersabar sesaat
sampai keadaan
menjadi tenang dan
orang-orang kembali
normal, pada saat itu
keduanya memapah
Abu Bakar sehingga
keduanya
membawanya
masuk kepada
Rasulullah saw,
maka Rasulullah saw
menyambutnya dan
menciumnya, kaum
muslimin juga
menyambutnya,
Rasulullah saw
sangat terharu
melihat keadaannya,
maka Abu Bakar
berkata, “Aku
korbankan bapak
dan ibuku ya
Rasulullah, aku tidak
apa-apa, hanya apa
yang dilakukan oleh
fasik itu terhadap
wajahku, ini adalah
ibuku, dia adalah
wanita yang baik
kepada anaknya
sedangkan engkau
adalah laki-laki
penuh kebaikan,
maka ajaklah dia
kepada Allah,
berdoalah untuknya
semoga Allah
menyelamatkannya
dari neraka melalui
dirimu.” Maka
Rasulullah saw
berdoa untuknya dan
mengajaknya
kepada Allah, maka
dia masuk Islam.
Selamat untukmu
wahai Abu Bakar dan
terima kasih,
semoga Allah
membalasmu
dengan kebaikan
atas keberanianmu
menyuarakan
kalimatul haq
sekalipun engkau
harus babak belur
karenanya. Wallahu
a’lam.
(Izzudin Karimi)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1434 H

BELAJAR EKG MUDAH